Jumat, 28 September 2012

Perjuangan perempuan dikota kutukan

Jam 4 sore adalah jam pulang kerja widya dari kantornya. sore itu tidak seperti biasanya karena dia harus pulang dengan satu keputusan untuk masa depannya, lanjut melangkah dengan tunangannya yang super posesif atau stop sampai disini memulai kehidupan baru menjadi widya seperti yang dulu yang selalu periang cuek bergaul dengan semua teman baik cowok atau cewek. Pikiran yang menggelayuti otaknya sore itu hampir saja membuatnya celaka saat perjalanan pulang dari kantornya, "Astagfirullah...", sebutnya dalam hati. tepat didepan pom bensin, dia melamun bingung harus mengambil langkah yang mana sehingga membuatnya hampir saja menabrak seorang pemulung yang berjalan membawa gerobak sampahnya. sepanjang perjalanan membuatnya menangis karena apapun keputusannya hanya kan buat dia dan keluarganya menangis. Bagaimana tidak, semua langkahnya hanya akan buat malu keluarga dia saja. jika melangkah melanjutkan langkahnya sekarang ibunya tidak akan menyuruh dia tetap tinggal bersamanya dirumah kenangan bersama bapaknya, Tetapi jika dia berhenti disini juga akan buat malu keluarganya karena dia kan memutuskan hubungan dengan tunangannya. Wajar saja karena dia hidup dilingkungan yang serba membingungkan karena tidak kota tetapi tidak pelosok juga. Cara berpikir masyarakat yang kadang sok kota tetapai disaat ada kabar tentang tetangganya akan berubah menjadi kolot yang selalu saja membicarakan kekurangan orang lain. Setelah setengah jam perjalanan akhirnya widya memasuki rumah tercintanya, "Assalamualaikum...mi,,,," ucap widya saat masuk rumahnya. Tidak terlihat satu orang pun didalam ruang tengah. Dia masuk kamar dan merebahkan diri dikasur empuknya sambil menyiapkan mental tuk bicara dengan ibunya tercinta. Keluar kamar dengan hati yang gundah karena harus bicara ke ibunya tentang keputusan masa depannya. Diruang tengah didepan tivi tertata rapi karpet biru. dengan wajah yang sayu bu Tris melihat acara tivi. "mi...aku mau tanya dan meminta restu mami..."awal pembicaraan widya sambil duduk lesehan disamping ibunya. "mau bicara apa?" jawab bu Tris dengan wajah bertanya2. Dengan sekuat tenaga dan keberanian diri widya akhirnya bicara "seandainya aku putuskan pertunganku dengan mas A gimana?"ucapnya lalu hening. Terkejut sekaligus senang seolah tak percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh anak perempuannya yang ayu disore menjelang malam kala itu. "kenapa kamu ambil keputusan itu?apa yang terjadi?"jawab bu Tris kepada anak tercintanya. sambil nunduk dan mata berlinang widya menjawab pertanyaan maminya "aku sudah tidak kuat hidup dengan laki2 posesif seperti dia mi...maafkan aku mi" ucapnya lirih. Dengan hati yang senang bercampur kesedihan bu Tris memeluk dan berucap kepada widya "ya sudah jika itu sudah menjadi keputusanmu...sudah kamu pikirkan matang2 keputusanmu itu?". hanya dengan anggukan widya menjawab dan bu Tris pun menitikkan airmata sambil tersenyum mengerti apa yang dikatakan hati anaknya. "Semoga dia bisa menerima keputusanmu ini, tidak usah pikirkan omongan tetangga...ramainya pasar hanya hitungan hari saja tak perlu kau risaukan karena kita akan slalu ada untukmu anakku.."kata yang membuat widya semakin menangis tersedu sambil berucap lirih "maaf mi,,maaf aku sudah membuat malu keluarga ini...". Pembicaraan ini terhenti setelah adzan magrib tiba, "sholat dulu yuk.."ajak bu Tris terhadap kedua anaknya yang duduk berada disebelahnya. Sholat magrib yang tidak seperti biasanya karena malam itu takbir berkumandang menyambut hari raya idul adha dan disertai tangis permohonan maaf serta doa yang terbaik buat masa depannya. Setelah sholat magrib widya mengambil ponselnya dan menulis pesan buat tunangannya "tolong malam ini datang kerumah ya aku mau bicara ma km"ditulis lalu dikirimnya. Hati widya berdegup kencang bukan karena cinta tetapi karena ketakutan jika nanti tidak bisa menyelesaikan maslah ini dengan baik bersama tunangannya. sedangkan Bu tris sedari tadi tidak keluar dari kamarnya dia tetap duduk bersila disajadahnya sambil memegang tasbih ditangannya seraya berdoa memohon masalah ini akan selesai sesuai angannya.
Jarum jam pendek mengarah ke angka 7 sedangkan jarum jam pendek mengarah ke angka 6, datanglah seorang laki2 dandan layaknya akan mengajak pacarnya untuk merayakan suatu acara. Malam itu selain malam takbir idul adha juga malam perayaan ulang tahun widya, wajar jika laki2 itu berpenampilan seperti itu karena inginnya mengajak keluar widya, tetapi apa yang menjadi angannya justru sebaliknya. malam itu tidak jadi malam yang bahagia tetapi menjadi malam petaka buatnya karena dia harus menerima keputusan sepihak dari widya. "maaf aku sudah tidak bisa melanjutkan lagi pertunangan ini, aku tidak sanggup jika harus hidup seperti selama 2tahun ini, maaf...terima kasih buat semuanya selama ini. kalaupun kita tidak jadi keluarga kita tetap bisa jadi teman" ucap rayu widya supaya laki2 itu mau menerima keputusannya.
"maafkan aku ya..."ucap widya sembari membuka cincin dari jemari manisnya. Diberikan cincin itu kepada laki2 itu sebagai pertanda pertunangan selama 1.5th itu usai dengan sad ending not happy ending. Setelah semua selesai akhirnya widya, bu Tris serta diana adeknya tidak bisa langsung tidur nyenyak karena masih mikir apa yang akan terjadi jika keluarga  laki2 itu mendengar berita dari anak laki2nya malam ini.
Mentari menyambut dengan senyum lebarnya seolah menyapa widya yang baru bangun. "it's me...widya 26, selamat ulang tahun ya widya" ucapnya pada dirinya sendiri sambil menyebut angka favoritnya dan tersenyum. Pagi yang cerah tak secerah wajah bu Tris karena masih kepikiran widya, ketakutan jika sampai terjadi apa2 dengan anak perempuannya yang jutex itu. Sehari setelah kejadian itu tersebarlah berita tentang takdir widya. Widya diputus oleh tunangannya,,,kabar yang salah kaprah terdengar sampai telinga bu Tris sehingga membuatnya menangis setelah seharian menjaga tokonya di pasar. Widya hanya bisa berkata "udah lah mi..tak usah hiraukan mereka biarkan mereka bicara apa yang penting kenyataannya tidak seperti itu". Bu tris hanya bisa diam mengangguk.
6bulan berlalu hingga omongan tentang widya dilingkungan tetangganya itu sudah mulai menghilang layaknya musim yang berganti panas. Bu tris malam itu merasakan kesakitan yang amat sangat sehingga menuruh diana untuk menghubungi widya yang saat itu lembur dikantornya untuk segera pulang, "kak,,disuruh mami pulang sekarang, cepat"ucapnya polos. Widya segera beranjak pulang karena diminta adeknya tuk cepat pulang. tidak terpikir sedikitpun oleh widya jika ibunya akan separah itu. sesampainya dirumah dia langsung membawa ibunya ke puskesmas dekat rumahnya tuk mendapatkan infus sementara tuk bisa sampai di Rumah Sakit dikota tetangga. Dengan ambulance bu Tris dibawa dirujuk ke rumah sakit Kristen dikota tetangga ditemani diana. Sepanjang perjalanan diana hanya bisa diam tak tahu harus bagaimana hanya bisa memandang wajah pucat mami tercintanya.
Dengan pikiran tak karuan widya menyusuri jalanan yang masih ramai menuju kota tetangga. Kamar Bethesda nomer 12 kamar yang cukup besar dengan 2 pasien dikamar tersebut. Cukup nyaman buat Bu Tris jika sebelahnya tidak berisik&banyak tamu. Maklum dulu kehidupan bu Tris terbiasa enak sehingga tidak terbiasa jika harus hidup sederhana. Jam 12 malam widya kembali pulang kerumahnya untuk mengambil peralatan buat maminya selama berada diRS. Jam 3 pagi widya kembali kerumah sakit sambil membawa makanan cemilan buat adeknya. Mami tertidur pulas begitu juga adeknya. Widya keluar kamar melihat lorong sepi ruangan tersebut tak sesepi pikirannya yang semrawut dan diputuskannya duduk didepan ruangan perawat sembari memikirkan penyakit apa yang menyerang wanita yang melahirkannya yang sangat disayangi dan dicintai. Pagi jam 5 diana kembali pulang karena harus sekolah dan widya ijin tidak masuk kantor karena harus merawat ibunya serta administrasi rumah sakit. Setelah memeriksa dokter meminta widya ikut keruangannya. "Ibu kamu terserang Kanker Hati" ucap dokter tua yang masih melajang sampai usianya dikepala 4 itu. Bagaikan petir menyambar kepala widya hingga buat widya diam memandang dokter itu. "apa yang harus aku lakukan dok?apa perlu dioperasi?"jawab widya. Dokter yang paham reaksi widya menjelaskan tentang penyakit tersebut. "tidak perlu operasi kita hanya bisa memberi pencegah rasa sakit&penghambat pertumbuhan kanker tersebut, stadium akan naik atau tidak semua tergantung kondisi fisik ibu kamu". ucap dokter itu tenang. "Buat ibu kamu tersenyum jangan buat dia sedih, jangan beritahu dia tentang penyakit yang dideritanya supaya tidak pikiran"lanjut dokter tersebut pada widya.  3minggu sudah widya serta adeknya diana dan kakaknya ernest dari solo harus mondar mandir  gantian menjaga ibunya yang terbaring di rumah sakit. Widya memendam sendiri tentang penyakit tersebut tanpa memberi tahu siapapun termasuk kakaknya. "liver..."jawab widya ketika ada yang bertanya tentang sakit ibunya. Akhirnya Senin itu dokter mengijinkan pulang bu Tris tuk istirahat dirumahnya  saja. seminggu dirumah bu Tris masih bisa berjalan sendiri, setiap pagi jalan disamping rumah sembari bermain dengan mentari hingga jam 8 pagi. hari selanjutnya tubuh bu tris mulai lemah "aku sudah tidak kuat lagi berjalan, tuntun aku widya"pintanya pada anak ayunya. Malam hari disaat mau tidur diana meminta maminya istirahat saja, tetapi maminya justru bicara seolah memberi pesan pada anak ragil yang sangat dipujanya itu " kalau aku tidak ada nanti rambut kamu tetap harus panjang jangan dipotong pendek, jaga badan kamu jangan sampe gendut kayak hanwen"pesannya. "mami mau kemana?mami pasti sembuh ma aku kok, udah tidur saja mi gak usah bicara lagi, aku ngantuk"jawabnya polos. Tengah malam karena merasa ingin kencing bu tris memanggil anaknya "widya...widya..."teriaknya. "iya mi..."jawab widya sambil keluar dari kamarnya menuju kamar maminya. disiapkannya pispot buat maminya dituntun dengan sabar ditengah malam, maminya diminta tidur lagi dan dipijitnya dengan mata ngantuk oleh widya. Maminya bilang "diatas sana ada laki2 berjubah mau mengajakku" dan widya kaget hingga langsung terbuka matanya yg kantuk. "ya sudah mami tidur saja tutup mata biar gak melihat laki2 itu"ucap widya sambil mikir. "Apakah itu malaikat penjabut nyawa?oh tidak!!!aku belum siap Tuhan, jangan ambil mamiku sekarang kita tak sanggup, sembuhkan mamiku"ucap batin widya sambil tetap memijit kaki maminya supaya bisa tidur. Sejak maminya sakit widya jadi tahu arti sabar yang sesungguhnya. Tuhan menguji kesabaran widya karena orang sakit pasti meminta yang aneh2 dan terkadang sikapnya kayak anak yang masih berusia 5 tahun. "sabar...dulu waktu kecil ktangismu juga slalu membuat bangun mami widya,,,"kata widya pada dirinya yang terkadang lelah menghadapi semua yang terjadi.
Semakin hari kondisi bu tris semakin buruk hingga hari ke 10 kondisi bu Tris ngedrop hingga terbaring tak berdaya diatas tempat tidurnya. Bu tris hanya bisa menganggukl atau menggelengkan kepalanya sebagai isyarat mau atau tidak jika diajak bicara. Widya tak tega melihat ibu tercintanya itu lama2 seperti mayat hidup. "mami...maafkan aku ya mi, gara2 aku mami jadi sakit seperti ini..maaf mi.."hanya itu yang bisa dibisikkan widya ditelinga maminya. Berkali-kali widya meminta maaf karena ingat waktu sebelum sakit sempat terucap kalimat dari maminya "aku kaget banget saat kamu bilang mau putus dan aku sangat memikirkanmu hingga perutku sakit ini widya..tapi gak apa-apa,hanya sakit biasa nanti sembuh". Perkataan yang membuat widya merasa bersalah dengan semua yang terjadi, walaupun sejujurnya keinginan maminya ya memang widya putus dengan tunangannya. Semua ini sudah takdir dari sang illahi hanya jalan cerita kehidupannya saja yang harus eperti ini sehingga membuat seseorang bisa merasa bersalah atau tersakiti, pikir widya.
Kakaknya ernest tidak bisa ijin lebih lama lagi dan harus balik solo. Adeknya diana seolah tak terima dengan semua kenyataan dan masih berharap akan ada keajaiban Tuhan datang menyadarkan maminya. Sabtu malam selepas sholat magrib widya berdoa, protes, memohon pada sang kuasa "Tuhan kenapa ibuku jadi seperti itu?dia ibu yang baik, wanita yang tak banyak bicara, kurang baik apa mamiku Tuhan?kenapa kau siksa dunia dengan cara seperti ini?walaupun baru sehari tapi aku tak kuasa melihatnya Tuhan...beri dia kepastian jika memang diberi umur panjang berilah petunjuk kemana harus kucari obat untuk mamiku, jika memang dia harus kembali padaMu aku ikhlas...aku tidak mau jika ibuku harus seperti itu"aduan widya disertai tangisan diatas sajadahnya. "Jika seperti ini terus berarti islam bukan yang terbaik untukku,,,dimana keadilanMu?"protes widya pada sang Kuasa.

Minggu pagi itu kakak ernest memutuskan jika besok fajar akan kembali ke solo. "widya,,,besok aku sudah tidak dapat membantu kamu menjaga mami, maaf ya"ucap kakak cantik. "iya kak kembalilah mengajar disolo..nanti biar aku ambil orang buat menjaga mami jika aku kerja dan diana sekolah"jawab widya tegar. Sejak pagi Diana tidur disamping mami tercintanya yang hanya diam membujur ditemani juga oleh cucu pertamanya eric yang bermain didekat tempat tidur tersebut. Minggu itu seolah pada capek semua hingga ingin rasanya tidur disamping mami. "aku tidur samping yangti ric"canda diana pada keponakannya. "itu yangti sakit ya teiv" jawab eric tak jelas. Sampai sore tiba saatnya bu Tris tuk makan dan minum obat. Sendok pertama widya memberi supana ke mami tercintanya, "mami maem ya?"widya bicara pada maminya walaupun sudah tidak bisa menjawabnya lagi. Seolah masih bisa bicara widya mengajaknya bicara "mami mau disuapin kak ernest ya?". setelah suapan pertama widya memberikan piring tersebut pada ernest tuk gantian memberi suapan ke dua terhadap maminya "ini kak, mami minta disuapin kamu"ucap widya. disuapin maminya dengan sabar oleh kak ernest. setelah itu ernest memberikan piring tersebut kepada diana karena anaknya yang ke dua meminta gendong padanya. Dengan gayanya sok bisa merawat maminya diana menyuapi maminya. setelah suapan ketiga anaknya seolah mami diam tak bergerak lagi bibirnya. Ditemani keponakan bu Tris tercinta dan Ipar satu2nya kepanikan terjadi dirumah tercinta...sakaratul maut itu datang menghampiri bu Tris. matanya tiba2 terbuka melihat diana yang menangis histeris, ernest yang menangis tersedu disamping diana berusaha menuntun maminya tuk mengucap syahadat dan widya yang menangis berusaha tegar disampingnya sambil berucap "ikhlasin diana ya mi,,,aku akan menyekolahkan dia hingga jadi seperti aku(sarjana)"ucap widya terbata diiringi tangisan tersedunya hingga mami tercintanya menutup rapat mata untuk selamanya. Adzan magrib ikut mengiring datangnya sakaratul maut itu, tangis seisi rumah memecah hingga tetangga terdekatnya pada datang kerumah tersebut.
Pagi itu 19Juli2010 jam 09:00WIB batu nisan bu Tris berada didekat batu nisan suami tercintanya yang 5th lebih dulu berpulang kepada sang Illahi. "selamat jalan mami.."ucap widya didepan batu nisan itu sebelum meninggalkan makam tersebut.
Kehidupan dua anak yatim piatu widya dengan diana adek tercintanya dimulai setelah satu minggu dari perginya mami tercinta setelah kakak ernest kembali kesolo dengan keluarga kecilnya. Rumah yang dulu ramai dengan canda tawa sekarang berganti dengan isak tangis tiap kangen dengan semuanya terutama maminya. perkataan rutin diana setiap sebelum tidur buat maminya "mami udah tidur belum ya?nanti ketemu dimimpi ya mi". Widya hanya bisa diam dan seolah tak mendengar perkataan adeknya. "masih belum bisa menerima kenyataan yang terjadi"batin widya tentang adeknya.
Rumah yang dulu bersih menjadi kotor tak terawat, meja makan yang dulu selalu ada sepiring nasi kini kosong hanya taplak meja kusut yang masih ada disitu. 3bulan setelah itu baru widya bisa menata diri tuk bisa jadi pengganti mami buat adeknya diana. setiap pagi memasak membawakan bekal pada adeknya tiap pergi sekolah. diana membantu beres-beres rumah karena widya harus sibuk mencari rejeki buat hidup mereka berdua. Apapun yang diminta diana, widya berusaha tuk menurutinya supaya diana tak merasa perbedaan antara ada almarhumah maminya dengan perginya orang yang sangat berarti buatnya. Hingga saat kelulusan diana tiba dan widya akan mulai menepati janjinya dengan memasukkan diana kedunia perkuliahan supaya bisa jadi sarjana. Sastra inggris disalahsatu PTN dikota S diana menimba ilmu, Kota tempat tinggal ernest dengan keluarga kecilnya dan widya tetap mengais rejeki dikota kutukan. "kapan ya aku bisa keluar dari kota kutukan ini?kota yang mebuatku jadi sendiri"pertanyaan yang selalu megikuti langkah widya.
Rumah yang tadinya masih ada 2penghuni kini hilang lagi satu dan tinggal sebatang kara widya menempatinya. Kesepian, sendiri, tak ada teman hanya foto keluarga, tv yang ribut mengganggu widya setiba dirumahnya. Widya menomorduakan dirinya hingga tak terpikir olehnya tuk bersanding dengan laki2 pujaan hatinya. Menepati janjinya adalah yang utama buatnya yg membuat dia tetap sendiri hingga diusianya yang tak lagi muda walaupun jiwa mudanya masih menyala-nyala. Tidak semua laki-laki bisa menerima widya dengan semua tanggung jawabnya itulah yang membuat widya seolah pemilih setiap ada laki-laki yang berusaha merebut hatinya. banyak laki-laki yang datang dan pergi pada kehidupannya tapi seolah widya tak pernah menganggapnya ada hingga dia bertemu pada titik terjenuh dalam dirinya. "Siapa jodohku ya Tuhan"pertanyaan yang mengusik dirinya. Dirinya terusik dengan pertanyaan itu karena setiap pagi adeknya diana selalu mengirimkan pesan "Jangan lupa menikah". Hingga widya sempat terpikir bodoh "siapa saja yang bilang suka sama aku dan mengajakku menikah itulah jodohku". Bicara dengan sahabatnya dan sahabat mayanya hanya ada satu kalimat yang buatnya jadi mikir serius dan sadar "kamu itu ayu jangan jual murah jangan asal mau pikir baik2 tentang jdohmu cah ayu". Sahabatnya yang selalu mensupport widya tuk tetap bisa tersenyum. Setiap hari widya berkeluh kesah dengan sahabat mayanya tak ada yang ditutupi apa yang terjadi pada dirinya hingga membuat widya tak merasa sendiri lagi. Widya mempunyai teman berbagi, teman cerita suka atau duka. Lambat laun hati widya terbuka dengan sendirinya buat sahabatnya itu hingga akhirnya widya jatuh cinta pada sahabatnya. Jatuh cinta yang tak disadarinya dengan laki-laki berjiwa seni yang berpenampilan rapi. Ternyata laki-laki yang mirip piyu(menurut widya) mampu membuat widya tuk memikirkan dirinya,,,,masa depannya kelak tuk bisa membangun keluarga kecil yang bahagia. "Semoga dia Jodohku"doa widya ditiap curhatnya pada sang kuasa.







Jepara, 28 September 2012




Jutex_ayu


















Jumat, 14 September 2012

Sayang

 Sayang...
Itu yang kurasa...rasa yang tak pernah kurasa sebelumnya
Itu yang kuharap...perasaan yang ada dengan sendirinya tanpa harus diminta
Itu yang kuingin...ucapan yang seharusnya ada dari hati yang setia

Sedikit kecewa jika ucap saja tak ada... "sayang" ntah dimana
Sedikit tak terima jika bicara saja tak kuasa... "sayang" ntah kemana
Mungkin hanya perasaanku saja atau memang itu nyata... "sayang" ntah ada atau tiada
Semua terjadi begitu saja seolah kau tak punya rasa

Marah, emosi, sebel, tapi buat apa karena kau hanya bertanya kenapa
tak taukah apa yang ada didalam hati ini terluka
terluka karena ucapmu dan pikiranku yang kadang tak sesuai nyata
haruskah aku bicara....



*Disaat tutup telp tanpa ada ucapan "sayang" *


Jepara, 15 September 2012


Jutex_ayu




Jumat, 10 Agustus 2012

Sabtu di Hati

Sabtu,,,
Hari sebelum minggu
Jumat telah berlalu
Semua buatku padamu


Sabtu,,,
Hari indah buatku
Jelang magrib itu momentku
Rasa sayang itu yang ku tahu

Sabtu,,,
Akhirnya kutemukan jawaban pertanyaan hatiku
Akhirnya aku tahu arti dirimu dalam kehidupanku
Akhirnya bukan lagi aku atau kamu tapi kita

Sabtu,,,
Telah aku temukan cinta
Telah aku dapatkan cinta
Telah aku mantapkan hati ini
Padamu...
Mata sipit...
Jawaban hatiku...


Esok akan ada sabtu atau entah hari lain yang akan mewujudkan impian aku impian kamu jadi nyata yang akan buat kita bahagia...amin.




Jepara, 11 Agustus 2012


Jutex_ayu



Minggu, 08 Juli 2012

??? Hati

Tanya pada rumput hijau kenapa warna langit biru, dia diam lalu mati
Tanya pada Ilalang liar kenapa angin kencang, dia diam lalu pergi
Tanya pada mentari siang kenapa terang, dia diam lalu hujan
Tanya pada bulan purnama kenapa gelap dia diam lalu hilang



Kenapa Jika sebatang tak jadi dibawa pulang

Kenapa bimbang pada semua yang berlalu lalang
Kenapa selalu menghilang saat kupandang
Kenapa selalu ada pengganti saat ada yang pergi



Harapan atau khayalan akan ada yang datang
mengucap sayang sering datang dan hilang


#renungan



Jepara, 8 Juli 2012


Jutex_ayu

Nano-Nano Hati

Rasa yang tak tau  apa
Rasa yang tak tau kenapa
Rasa yang tak tau dimana
Rasa yang tak tau siapa
Rasa yang tak tau kapan
日來姊妹


Rasa yang bisa buat tersenyum
Rasa yang bisa buat tertawa
Rasa yang bisa buat sedih
Rasa yang bisa buat menangis
日來姊妹

Rasa yang selalu mengusik
Rasa yang selalu memikir
Rasa yang selalu mengingat
Rasa yang selalu melintas
日來姊妹

Rasa itu rame
Rasa itu manis
Rasa itu asem
Rasa itu asin
日來姊妹

# 日來姊妹 愛砸 啊愛凹




Jepara, 8 juli 2012


Jutex_ayu



Selasa, 03 Juli 2012

Hilang...

Terasku...
Tak ada lagi tirai itu
Tirai buatanku
Hasil karyaku


Terasku...
Tak ada lagi kursi itu
Kursi milikku
Jerih payahku


Ikhlas...
Kenapa susah buatku
Mungkin tak berarti buatmu
Itu hasil jerih payahku


Seiring dengan perginya penghuni
Barang itu pun hanyut dalam keserakahanmu
Bertahan menetap itu sikapku
Diam adalah jawabanku

Sekarang apa yang terlihat kau embat
Esok tak tau lagi apa yang akan terjadi
Mungkin rumah itu terganti dengan yang lebih tinggi
Atau hancur...


Jika menang akan tetap bertahan 
Tetap akan jadi penghuni 
Jika kalah, mungkin akan musnah
Walaupun terampas aku brusaha ikhlas


#Kejutan dihari senin 2 Juli 2012


Jepara, 3 Juli 2012


Jutex_ayu

Selasa, 26 Juni 2012

Maaf dari hati

Mom....
Maaf jika aku belum bisa buatmu tertawa
Maaf jika aku belum bisa buatmu bangga
Maaf jika aku belum bisa buatmu bahagia
Maaf mom...

Mom...
Inginku buatmu tersenyum walaupun kau sudah disurga
Inginku buatmu bangga walaupun kau sudah dialam yang berbeda
Inginku buatmu bahagia walaupun kuhanya kirimkan Do'a
Inginku...

Mom...
Tak terasa 2th sudah kau tutup usia
Tak terasa 2th sudah kau tinggalkan dunia
Tak terasa 2th sudah kau disurga
2th sudah...

Mom...
Masih teringat jelas tatapanmu saat ku ucap janji itu
Masih teringat jelas kubisikkan ditelingamu janji itu
Masih teringat jelas kau pergi setelah kau dengar janji itu
Janjiku...


Maaf,,,
Bukan aku lupa dengan adat itu
Bukan aku tak mau mengirim doa buatmu
Bukan aku tak mampu tuk membuat acara itu

Maaf,,,
Aku terlalu sibuk dengan dunia kerjaku
Tak bisa membagi waktu
Tapi aku yakin semua itu akan berjalan sesuai inginmu
Walaupun aku tak mampu urus semua itu sendiri
28 Juni akan ada doa spesial buatmu dari orang2 yang menyayangimu...


Jepara, 26 Juni 2012


Jutex_ayu